SKIZOFRENIA
PADA ANAK
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Istilah
skizofrenia diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan
munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang
mengalami gangguan jiwa. Bleuler
mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara
lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika.
Skizofrenia
lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban
dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Di Indonesia
diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua sampai empat juta
jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu
sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu
hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia.
Tiga
per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai 25
tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap
pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di
antara anggota keluarga sedarah.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a) Apa
sajakah jenis skizofrenia?
b) Apa
penyebab skizofrenia pada remaja?
c) Bagaimana
cara mengatasi skizofrenia?
d) Apakah
hanya remaja putri saja yang terkena skizofrenia?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah dalam penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
a) Untuk
mengetahui jenis-jenis skizofrenia
b) Untuk
mengetahui penyebab dari skizpfrenia pada remaja putri
c) Untuk
mengetahui cara mengatasi psizofrenia
d) Untuk
mengetahui siapa saja yang rentan terkena skizofrenia
D. Manfaat
Karena sesungguhnya pemahaman tentang psikologi sangatlah
penting untuk ditanamkan pada para pembaca maka dengan mengetahui tentang
skizofrenia akan membantu pembaca mengenali lebih kurangnya sedikit
permasalahan di lingkungan pembaca. Serta dapat dijadikan salah satu bahan
untuk menambah pengetahuan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Mengenal Skizofrenia
Istilah skizofrenia berasal dari kata schizosi : pecah belah dan phren : jiwa. Skizofrenia menjelaskan
tentang suatu gangguan jiwa dimana penderita mengalami perpecahan jiwa karena
adanya keretakan
atau disharmonis antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan.
Menurut Handerson dan Gillespie
(1956), psikosis skizofrenia merupakan contoh gangguan jiwa dengan tingkah laku
abormal dalam klasifikasi etiologi.
Menurut Dr. Taruna Ikrar (university of
California, school of medicine, Irvine, USA), skizofrenia adalah penyakit mental
yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan respon emonsional yang buruk.
Drake Raicigh mengatakan bahwa
skizpfrenia adalah sesuatu kekacauan merital fungsional ( penyebab nya tidak
berhubungan dengan faktor-faktor
organis) yang mengakibatkan kepribadian kasar.
Skizofrenia ialah suatu
penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah
satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia merupakan
gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan akfektif
atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal.
Seringkali diikuti oleh delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi
tanpa ada rangsangan
pancaindra).
Pada pasien penderita ditemukan
penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan hormone tiroksin. Usia
remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi mengalami skizofrenia ini.
Kondisi si penderita sering terlambat diketahui pihak keluarga karena sebagian
besar menganggapnya sebagai bentuk dari penyesuaian diri. Pengenalan dan
intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena jika semakin
lama tidak diobati akan ada kemungkinan untuk berkembang kearah yang lebih
mengkhawatirkan bahkan dapat menyebabkan penyakit ini kambuh kembali . Dan
dalam menangani hal tersebut sangat diutuhkan bantuan psikiater serta psikolog.
B. Jenis
–jenis skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
1.
Skizofrenia
Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas,
gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini
timbulnya perlahan-lahan.
2.
Skizofrenia
Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan
sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok
ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi
atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi yang banyak.
3.
Skizofrenia
Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik
4.
Skizofrenia
Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai
dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti
ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5.
Episode
Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan
pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam
keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri
berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6.
Skizofrenia
Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya
Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul
sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
7.
Skizofrenia
Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol
secara bersamaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif) atau gejala mania
(psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi
mungkin juga timbul serangan lagi.
C. Penyebab terjadinya
skizofrenia
Ada
beberapa teori tentang pengaruh neurobiologist terjadinya skizofrenia, salah
satunya ialah menyebabkan ketidakseimbangan pada dopamine, dan adanya penurunan
kadar transtiretin.
Diduga
factor genetic juga berpengaruh terhadap munculnya skizofrenia, tetapi menurut
penelitian penyakit ini tidak diturunkan secara hukum Mendel (apabila orang tua
terkena skizofrenia, belum tentu anaknya juga termasuk penderita skizofrenia).
Menurut data American Psychiatric Association
(APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% dari penderita, mulai mengidap skizofrenia pada usia 16-25 tahun.
D. Cara mengatasi skizofrenia
Ada
beberapa gelaja yang dapat memperjelas penyakit skizofrenia ini, yaitu antara
lain:
1.
Ketidakmampuan seseorang yang tidak mampu mengekspresikan
emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
2.
Sulit melakukan pembicaraan terarah (penyimpangan komunikasi)
3.
Sulit memfokuskan perhatian (gangguan atensi)
4.
Mengalami gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik
diri secara social, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa jelas,
mengganggu dan tidak disiplin.
5.
Sering mengeluhkan adanya halusinasi auditorik yaitu
halusinasi pendengaran. Pasien mendengar suara-suara yang saling membicarakan
atau menyuruh pasien melakukan sesuatu yang tidak ada sumbernya.
6.
Memiliki perasaan yang sensitif
Ada
beberapa factor lainnya yang berperan memunculkan skizofrenia. Misalnya
stressor lingkungan, mereka yang normal bisa saja terkena skizofrenia. juga
jika stressor psikososial terlalu berat hingga tidak mempu mengatasinya. Selain
itu juga ada factor genetic dan beberapa jenis dari obat-obatan terlarang
seperti ganja, halusinogen,atau amfetamin (ekstasi) yang juga dapat menyebabkan
timbulnya gejala psikosis.
Pengobatan dilakukan dengan memberikan antipsikotik, perawatan psikososial,
dan dalam keadaan berat skizofrenia dokter akan menganjurkan untuk menjalani
rawat inap dirumah sakit jiwa.
Dalam situs www.silvalintar.com dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu:
a.
Sikap menerima
adalah langkah awal penyembuhan
b.
Penderita perlu
tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya.
c.
Dukungan
keluarga akan sangat berpengaruh.
d.
Perawatan yang
dilakukan oleh para ahli bertujuan mengurangi gejala skizofrenik dan
kemungkinan gejala psyhcotik.
e.
Penderita
skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu,
bahkan mungkin harus seumur hidup.
Pasien skizofrenia memerlukan tritmen yang komprehensif, artinya memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat dari gangguan tsb, dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya diberikan kepada pasien skizofrenia.
1. Tritmen biologis: terapi obat
Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan.
2. Tritmen sosial dan
psikologis –
3. intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih ketrampilan
berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola gejala,
terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)
4. terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana menghadapi perilaku anggotanya
yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh)
5. program tritmen komunitas asertif
(menyediakan layanan komprehensif bagi pasien skizofrenia dg dokter ahli,
pekerja sosial, & psikolog yang dapat mereka akses setiap tapi di Indonesia
masihèsaat-terutama
bagi yang tidak memiliki keluarga) terlalu mewah ya? Tritmen lintas budaya
Penyembuhan tradisional (dengan doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya
setempat.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa umumnya mmiliki banyak
penyebab (multicausal) yaitu: faktor
bawaan, predisposisi, kepekaan (sensitivity),
kerapuhan (vulnerability).
Hampir 50% masalah-masalah sosial, kemiskinan,
pengangguran, diskriminasi
dan tunawisma menyebabkan skizofrenia. Skizofrenia juga sering terjadi pertama
kali pada masa pubertas (pada beberapa kasus), Karena adanya kedangkalan emosi
dan kemunduran kemauan.
Tanda awal skizofrenia sering kali terjadi pada masa
kanak-kanak, jadi diperlukan langkah yang tepat agar dapat membedakan gejala
tersebut. Karena anak-anak sering bermain dan suka berimajinasi. Namun hal tersebut bukanlah sebuah gangguan.
Tidak mudah untuk memastikan apakah suatu tingkah laku
abnormal atau normal karena adanya berbagai pertimbngan patokan, namun memang
ada gambaran-gambaran tingkah laku abnormal yang pantologis yang dikenal dengan
berbagai nama gangguan jiwa. Yang harus diperhatikan ialah:
1. Jika
anak tidak mampu mengekspresikan emosi
wajah (wajahnya dingin, jarang senyum,
acuh tak acuh).
2. Anak
sulit melakukan pembicaraan terarah.
3. Pada
bayi, biasanya terdapat gangguan susah tidur, ketakutan terhadap objek atau
benda yan bererak cepat.
4. Pada
balita, terdapat ketakutan pada hal-hal yang baru, misalnya takut gelap,
terhadap lebel pada pakaian, dll.
5. Anak
dengan usia 5-6 tahun akan mengalami halusinasi seperti mendengar suara-suara,
bunyi letusan dan bisikaan, juga mengalami halusinasi visual seperti melihat
ada benda bergerak, bola menggelinding, dan bayangan. Anak akan terlihat
tersenyum, berbicara sendiri bahkan mengalami ketakutan.
6. Pada
anak perempuan, tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara social,
tidak bisa menikmati rasa tenang
(cemas), dan ekspresi wajah sangat terbatas. Reaksi terhadap kecemasan seringkali sukar dibedakan.
Misalnya seseorang berjalan mondar-mandir, ha tersebut bia menandakan bahwa ia
dalam keadaan cemas atau bisa menandakan ia sedang berusaha mengurangi
kecemasan.
Skizofrenia ada juga yang terjadi pada masa remaja yaitu
umur 15-25 tahun dengan ciri-ciri terjadinya gangguan berfikir serta gangguan
kemauan, disebut skizofrenia hebrefenik. Skizpfrenia
ini bersifat dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin maupun
usia.
Para ilmuan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan,1% dari populasi umum, tapi 10% pada masyarakat yang mempunyai
hubungan dekat seperti orang tua, kakak
laki-laki atau perempuan yang skizofrenia. Kembar
identik akan berpeluang mengalami skizofrenia dengan persentasi 40% - 65%.
Sifat dari gangguan skizofrenia adalah gangguan dalam
realita. Ini menyebabkan pasien tidak merasa sakit dan merasa tidak memerlukan
penanganan serta pengobatan.
Meskipun bayi
dan anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik lainnya,
tetap saja keberadaan skizofrenia sangat sulit dibedakan dengan gangguan
kejiwaan autisme, sindrom asperger, dan gangguan Post Traumatic Stress
Disorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit skizofrenia pada anak kecil harus
dilakukan dengan sangat hati-hati oleh psikiater atau orang yang bersangkutan.
Pada remaja harus diperhatikan kepribadian pra-sakit yang
merupakan factor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian atau
paranoid (kecurigaan yang berlebihan), menganggap semua orang sebagai musuh.
Pengobatan pada penderita skizofrenia ini dapat
memakan waktu selama 2 sampai 5 tahun tergantung kondisi pasien dan kedisiplinan
pasien mengkonsumsi obat.
Salah satu obat yang paling efektif yang dapat
diberikan pada pasien adalah obat antipsikotik, obad ini mengubah keseimbangan
kimia dan elektrolit serta neurotransmitterdi otak sehingga membantu
mengendalikan gejala. Jenis obat tersebut misalnya clozapine. Obat ini merupakan obat yang paling efektif, tapi
terkadang dapat menyebabkan gangguan agranulositosis yaitu hilangnya sel darah
putih yang membantu menghalangi infeksi. Maka bagi pasien pengguna obat
clozapine diperlukan pemeriksaan rutin mengenai kondisi tubuhnya sendiri. Jenis
yang lebih tua disebut konvensional atau ‘khas ‘ antipsikotik, yang umum
digunakan adalah klorpromazin (thorazine),
haloperidol (haldol).
Terhadap penderita skizofrenia
dapat dilakukan terapi supportif, misalnya pelatihan keterampilan social.
Dalam melakukan pengobatan terhadap pasien dengan
skizofrenia menahun (akut), biasanya dokter memberikan terapi tambahan berupa
Electro Convulsive Therapy (ECT). ECT
merupakan tekhnik pengobatan yang menggunakan arus listrik bertegangan tinggi
tapi tidak membahayakan jiwa penderit, namun memberi efek yang signifikan dalam
mengurangi gejala skizofrenia.
Selain terapi obat-obatan juga ada psikoterapi keluarga
yang berperan penting. Dengan psikoterapi ini pasien akan dibantu untuk
membangun hubungan dengan keluarga dan teman. Bahkan pada pasien psikozofrenia
akut dilakukan perawatan khusus yang menghasruskan dirawat di rumah sakit. Rawat
inap yang dilakukan terhadap pasien skizofrenia ini adalah demi keamanan pasien
dan masyarakat disekitarnya.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia
adalah penyakit gangguan jiwa yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan serta
mengarah pada hilangnya rasa afektif atau respon emosional. Adanya halusinasi,
waham, dan tingkah laku negativitistik. Skizofrenia mengganggu fungsi normal
pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang.
Pengobatan
pada skizofrenia tidak dapat sempurna menyembuhkan, tetapi dapat membantu membimbing
penderita menjalin hubungan baik dengan keluarga maupun teman.
Ada
beberapa faktor penyebab skizofrenia, yaitu akibat dari pengaruh neurobiologist, factor
genetic, factor lingkungan.
Bukan
hanya remaja putri yang bisa mengalami skizofrenia tetapi penyakit ini tidak
memandang usia serta jenis kelamin.
Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi skizofrenia yaitu: pengobatan
antipsikotik yang menghambat aksi
neurotransmitter dopamine di otak, terapi bimbingan dan psikiatri social.
B. Saran
Dengan adanya
penelitian ini diharapkan bisa membantu pembaca mengetahui tentang penyakit
skizofrenia dan juga beberapa penyebab serta cara untuk menanganinya. Dan semoga hasil karya ilmiah ini
dapat menjadi salah
satu acuan untuk menambah ilmu serta pemahaman pembaca. Selain itu para pembaca disarankan agar dapat menambah
pengetahuan dengan cara mencari sebanyak mungkin sumber tentang masalah
psikologis yang satu ini. Serta dengan mengetahui ciri-ciri sampai dengan cara
menangani skizofrenia diharapkan para pembaca dapat dengan cepat tanggap
tentang masalah yang mengarah kepada skizofrenia baik dilingkungan sekitar
seperti keluarga dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar