Jumat, 10 Januari 2014

skizofrenia



SKIZOFRENIA PADA ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Istilah skizofrenia diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan jiwa. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika.
Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga sedarah.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a)     Apa sajakah jenis skizofrenia?
b)    Apa penyebab skizofrenia pada remaja?
c)     Bagaimana cara mengatasi skizofrenia?
d)    Apakah hanya remaja putri saja yang terkena skizofrenia?

C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
a)     Untuk mengetahui jenis-jenis skizofrenia
b)    Untuk mengetahui penyebab dari skizpfrenia pada remaja putri
c)     Untuk mengetahui cara mengatasi psizofrenia
d)    Untuk mengetahui siapa saja yang rentan terkena skizofrenia

D.  Manfaat
Karena sesungguhnya pemahaman tentang psikologi sangatlah penting untuk ditanamkan pada para pembaca maka dengan mengetahui tentang skizofrenia akan membantu pembaca mengenali lebih kurangnya sedikit permasalahan di lingkungan pembaca. Serta dapat dijadikan salah satu bahan untuk menambah pengetahuan.



BAB II
LANDASAN TEORI
A.  Mengenal Skizofrenia
Istilah skizofrenia berasal dari kata schizosi : pecah belah dan phren : jiwa. Skizofrenia menjelaskan tentang suatu gangguan jiwa dimana penderita mengalami perpecahan jiwa karena adanya keretakan atau disharmonis antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan.
Menurut Handerson dan Gillespie (1956), psikosis skizofrenia merupakan contoh gangguan jiwa dengan tingkah laku abormal dalam klasifikasi etiologi.
Menurut Dr. Taruna Ikrar (university of California, school of medicine, Irvine, USA), skizofrenia adalah penyakit mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan respon emonsional yang buruk.
Drake Raicigh mengatakan bahwa skizpfrenia adalah sesuatu kekacauan merital fungsional ( penyebab nya tidak berhubungan dengan faktor-faktor organis) yang mengakibatkan kepribadian kasar.
Skizofrenia ialah suatu penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan akfektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Seringkali diikuti oleh delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan pancaindra).
Pada pasien penderita ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan hormone tiroksin. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi mengalami skizofrenia ini. Kondisi si penderita sering terlambat diketahui pihak keluarga karena sebagian besar menganggapnya sebagai bentuk dari penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena jika semakin lama tidak diobati akan ada kemungkinan untuk berkembang kearah yang lebih mengkhawatirkan bahkan dapat menyebabkan penyakit ini kambuh kembali . Dan dalam menangani hal tersebut sangat diutuhkan bantuan psikiater serta psikolog.

B.   Jenis –jenis skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
1.  Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2.  Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi yang banyak.
3.  Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik
4.  Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5.  Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6.  Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
7.  Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

C.    Penyebab terjadinya skizofrenia
Ada beberapa teori tentang pengaruh neurobiologist terjadinya skizofrenia, salah satunya ialah menyebabkan ketidakseimbangan pada dopamine, dan adanya penurunan kadar transtiretin.
Diduga factor genetic juga berpengaruh terhadap munculnya skizofrenia, tetapi menurut penelitian penyakit ini tidak diturunkan secara hukum Mendel (apabila orang tua terkena skizofrenia, belum tentu anaknya juga termasuk penderita skizofrenia).
 Menurut data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% dari penderita, mulai mengidap skizofrenia pada usia 16-25 tahun.

D.   Cara mengatasi skizofrenia
Ada beberapa gelaja yang dapat memperjelas penyakit skizofrenia ini, yaitu antara lain:
1.     Ketidakmampuan seseorang yang tidak mampu mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
2.     Sulit melakukan pembicaraan terarah (penyimpangan komunikasi)
3.     Sulit memfokuskan perhatian (gangguan atensi)
4.     Mengalami gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara social, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa jelas, mengganggu dan tidak disiplin.
5.     Sering mengeluhkan adanya halusinasi auditorik yaitu halusinasi pendengaran. Pasien mendengar suara-suara yang saling membicarakan atau menyuruh pasien melakukan sesuatu yang tidak ada sumbernya.
6.     Memiliki perasaan yang sensitif
Ada beberapa factor lainnya yang berperan memunculkan skizofrenia. Misalnya stressor lingkungan, mereka yang normal bisa saja terkena skizofrenia. juga jika stressor psikososial terlalu berat hingga tidak mempu mengatasinya. Selain itu juga ada factor genetic dan beberapa jenis dari obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen,atau amfetamin (ekstasi) yang juga dapat menyebabkan timbulnya gejala psikosis.
Pengobatan dilakukan dengan memberikan antipsikotik, perawatan psikososial, dan dalam keadaan berat skizofrenia dokter akan menganjurkan untuk menjalani rawat inap dirumah sakit jiwa.
Dalam situs www.silvalintar.com dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu:
a.     Sikap menerima adalah langkah awal penyembuhan
b.     Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya.
c.      Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh.
d.     Perawatan yang dilakukan oleh para ahli bertujuan mengurangi gejala skizofrenik dan kemungkinan gejala psyhcotik.
e.      Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan mungkin harus seumur hidup.

Pasien skizofrenia memerlukan tritmen yang komprehensif, artinya memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat dari gangguan tsb, dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya diberikan kepada pasien skizofrenia.
1.       Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan.
2. Tritmen sosial dan psikologis –
3. intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih ketrampilan berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)
4. terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana menghadapi perilaku anggotanya yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh)
5. program tritmen komunitas asertif (menyediakan layanan komprehensif bagi pasien skizofrenia dg dokter ahli, pekerja sosial, & psikolog yang dapat mereka akses setiap tapi di Indonesia masihèsaat-terutama bagi yang tidak memiliki keluarga) terlalu mewah ya? Tritmen lintas budaya Penyembuhan tradisional (dengan doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat.




BAB III
HASIL PENELITIAN
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa umumnya mmiliki banyak penyebab (multicausal) yaitu: faktor bawaan, predisposisi, kepekaan (sensitivity), kerapuhan (vulnerability).
Hampir 50% masalah-masalah sosial, kemiskinan, pengangguran, diskriminasi dan tunawisma menyebabkan skizofrenia. Skizofrenia juga sering terjadi pertama kali pada masa pubertas (pada beberapa kasus), Karena adanya kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Tanda awal skizofrenia sering kali terjadi pada masa kanak-kanak, jadi diperlukan langkah yang tepat agar dapat membedakan gejala tersebut. Karena anak-anak sering bermain dan suka berimajinasi. Namun hal tersebut bukanlah sebuah gangguan.
Tidak mudah untuk memastikan apakah suatu tingkah laku abnormal atau normal karena adanya berbagai pertimbngan patokan, namun memang ada gambaran-gambaran tingkah laku abnormal yang pantologis yang dikenal dengan berbagai nama gangguan jiwa. Yang harus diperhatikan ialah:
1.       Jika anak tidak mampu  mengekspresikan emosi wajah  (wajahnya dingin, jarang senyum, acuh tak acuh).
2.       Anak sulit melakukan pembicaraan terarah.
3.       Pada bayi, biasanya terdapat gangguan susah tidur, ketakutan terhadap objek atau benda yan bererak cepat.
4.       Pada balita, terdapat ketakutan pada hal-hal yang baru, misalnya takut gelap, terhadap lebel pada pakaian, dll.
5.       Anak dengan usia 5-6 tahun akan mengalami halusinasi seperti mendengar suara-suara, bunyi letusan dan bisikaan, juga mengalami halusinasi visual seperti melihat ada benda bergerak, bola menggelinding, dan bayangan. Anak akan terlihat tersenyum, berbicara sendiri bahkan mengalami ketakutan.
6.       Pada anak perempuan, tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara social, tidak bisa menikmati rasa tenang (cemas), dan ekspresi wajah sangat terbatas. Reaksi terhadap kecemasan seringkali sukar dibedakan. Misalnya seseorang berjalan mondar-mandir, ha tersebut bia menandakan bahwa ia dalam keadaan cemas atau bisa menandakan ia sedang berusaha mengurangi kecemasan.
Skizofrenia ada juga yang terjadi pada masa remaja yaitu umur 15-25 tahun dengan ciri-ciri terjadinya gangguan berfikir serta gangguan kemauan, disebut skizofrenia hebrefenik. Skizpfrenia ini bersifat dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin maupun usia.
Para ilmuan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan,1% dari populasi umum, tapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan dekat seperti  orang tua, kakak laki-laki atau perempuan yang skizofrenia. Kembar identik akan berpeluang mengalami skizofrenia dengan persentasi 40% - 65%.
Sifat dari gangguan skizofrenia adalah gangguan dalam realita. Ini menyebabkan pasien tidak merasa sakit dan merasa tidak memerlukan penanganan serta pengobatan.
Meskipun bayi dan anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik lainnya, tetap saja keberadaan skizofrenia sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan autisme, sindrom asperger, dan gangguan Post Traumatic Stress Disorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit skizofrenia pada anak kecil harus dilakukan dengan sangat hati-hati oleh psikiater atau orang yang bersangkutan.
Pada remaja harus diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan factor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian atau paranoid (kecurigaan yang berlebihan), menganggap semua orang sebagai musuh.
Pengobatan pada penderita skizofrenia ini dapat memakan waktu selama 2 sampai 5 tahun tergantung kondisi pasien dan kedisiplinan pasien mengkonsumsi obat.
Salah satu obat yang paling efektif yang dapat diberikan pada pasien adalah obat antipsikotik, obad ini mengubah keseimbangan kimia dan elektrolit serta neurotransmitterdi otak sehingga membantu mengendalikan gejala. Jenis obat tersebut misalnya clozapine. Obat ini merupakan obat yang paling efektif, tapi terkadang dapat menyebabkan gangguan agranulositosis yaitu hilangnya sel darah putih yang membantu menghalangi infeksi. Maka bagi pasien pengguna obat clozapine diperlukan pemeriksaan rutin mengenai kondisi tubuhnya sendiri. Jenis yang lebih tua disebut konvensional atau ‘khas ‘ antipsikotik, yang umum digunakan adalah klorpromazin (thorazine), haloperidol (haldol).
Terhadap penderita skizofrenia dapat dilakukan terapi supportif, misalnya pelatihan keterampilan social.
Dalam melakukan pengobatan terhadap pasien dengan skizofrenia menahun (akut), biasanya dokter memberikan terapi tambahan berupa Electro Convulsive  Therapy (ECT). ECT merupakan tekhnik pengobatan yang menggunakan arus listrik bertegangan tinggi tapi tidak membahayakan jiwa penderit, namun memberi efek yang signifikan dalam mengurangi gejala skizofrenia.
Selain terapi obat-obatan juga ada psikoterapi keluarga yang berperan penting. Dengan psikoterapi ini pasien akan dibantu untuk membangun hubungan dengan keluarga dan teman. Bahkan pada pasien psikozofrenia akut dilakukan perawatan khusus yang menghasruskan dirawat di rumah sakit. Rawat inap yang dilakukan terhadap pasien skizofrenia ini adalah demi keamanan pasien dan masyarakat disekitarnya.

BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Skizofrenia adalah penyakit gangguan jiwa yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan serta mengarah pada hilangnya rasa afektif atau respon emosional. Adanya halusinasi, waham, dan tingkah laku negativitistik. Skizofrenia mengganggu fungsi normal pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang.
Pengobatan pada skizofrenia tidak dapat sempurna menyembuhkan, tetapi dapat membantu membimbing penderita menjalin hubungan baik dengan keluarga maupun teman.
Ada beberapa faktor penyebab skizofrenia, yaitu akibat dari pengaruh neurobiologist, factor genetic, factor lingkungan.
Bukan hanya remaja putri yang bisa mengalami skizofrenia tetapi penyakit ini tidak memandang usia serta jenis kelamin.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi skizofrenia yaitu: pengobatan antipsikotik yang menghambat aksi neurotransmitter dopamine di otak, terapi bimbingan dan psikiatri social.



B.   Saran
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa membantu pembaca mengetahui tentang penyakit skizofrenia dan juga beberapa penyebab serta cara untuk menanganinya. Dan semoga hasil karya ilmiah ini dapat menjadi salah satu acuan untuk menambah ilmu serta pemahaman pembaca. Selain itu para pembaca disarankan agar dapat menambah pengetahuan dengan cara mencari sebanyak mungkin sumber tentang masalah psikologis yang satu ini. Serta dengan mengetahui ciri-ciri sampai dengan cara menangani skizofrenia diharapkan para pembaca dapat dengan cepat tanggap tentang masalah yang mengarah kepada skizofrenia baik dilingkungan sekitar seperti keluarga dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar