Makalah Ilmu Alamiah Dasar
Metode Ilmiah
DISUSUN OLEH:
1.
Putri
Yunisari
2.
Irma
Raswati
3.
Muzairita
4.
Fauzi
Usman
5.
Fahrizal
Rizki
6.
Reza
Arif Maulana
DOSEN
PEMBIMBING:
Bhayu Gita Bhernama S.Si, M. Si
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FITK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA
ACEH, 2014/2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengetahuan menurut
Pudjawidjana (1983), adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam
sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan
merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek
tertentu. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah
(menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis,
sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan
kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti
dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu,
tidak sembarangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan
menjabarkan pengetahuan yang diperoleh menggunakan cara atau tahapan tertentu yang
teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Cara yang
teratur, sistematis, dan terkontrol tersebut adalah metode ilmiah.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari pembahasan ini adalah:
1. Pengertian
Metode Ilmiah?
2. Syarat
Suatu Pengetahuan Dikatakan Ilmiah?
3. Cara
Untuk Memperoleh Pengetahuan yang Benar?
4. Sikap-sikap
Ilmiah?
5. Langkah-langkah
Operasional Metode Ilmiah?
6. Keterbatasan
dan Keunggulan Metode Ilmiah?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan umum dari
penulisan makalah ini adalah memberi pengetahuan dan wawasan mengenai metode
ilmiah, sikap ilmiah, serta langkah-langkah pembuatan metode ilmiah bagi
masyarakat awam pada umumnya, kelompok pemakalah serta kaum intelektual
khususnya (mahasiswa). Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah
untuk menyelesaikan tugas kelompok dari dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Alamiah Dasar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode
adalah suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud atau cara untuk mencapai suatu pengetahuan. Sedangkan kata
ilmiah
adalah suatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan
bukti fisis. Dari penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah adalah proses keilmuan yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti
fisis.
Menurut Almack
(1939), Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran. Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran
terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi. Metode ilmiah juga
merupakan suatu tahapan tertentu yang harus dikerjakan oleh seorang ilmuan
dalam melakukan suatu penelitian yang juga didukung oleh hipotesis.
Hubungan antara
Penelitian dan Metode Ilmiah sangat erat atau bahkan tak terpisahkan satu
dengan lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari
kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa
begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya,
akan lebih mudah terjawab.
Beberapa tujuan penggunaan metode ilmiah dalam kehidupan manusia antara
lain :
1.
Meningkatkan keterampilan, baik dalam
menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip
yang ada.
2. Membantu
memecahkan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan,
3. Menguji
hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
4. Memecahkan
atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.
5. Mengorganisasikan
fakta
Selain tujuan, terdapat pula manfaat yang diperoleh
dari metode ilmiah. Berikut manfaat dari metode ilmiah :
1.
Untuk menghasilkan penemuan berguna,
2.
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
3.
Untuk memecahkan suatu masalah dengan penalaran,
4.
Untuk
mengungkapkan kembali rahasia alam yang belum terungkap.
B. Cara Memperoleh Pengetahuan dan Syarat Pengetahuan
Ilmiah
Manusia merupakan makhluk hidup yang
memiliki naluri, nalari dan nurani. Dengan nalari, manusia menggunakan
kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran, pemikiran logis dan analisis,
berdasarkan kemampuan tersebut
maka pengetahuan yang diperoleh saat ini merupakan dasar dari munculnya rasa ingin tahu
tentang yang lainnya, sehingga rasa ingin tahu manusia terus berkembang (coriousity). Dengan nurani, manusia
selalu berbuat baik untuk dirinya dan lingkungannya.
Dengan akal yang dimiliki manusia,
pengetahuan diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Informasi
mengenai sesuatu yang didapat tersebut bisa disimpan dan diajarkan kepada
generasi berikutnya. Dengan menggunakan pengetahuan yang ada maka informasi itu
akan terus berkembang. Ilmu ini akan berkembang sejalan dengan sifat manusia
yang ingin tahu, terutama tentang benda yang berada di sekelilingnya, alam
jagad raya beserta isinya dan ahkan
dirinya sendiri.
Pengetahuan juga berkembang sesuai
dengan zamannya dan sejalan dengan cara berfikir dan alat bantu yang ada pada
saat itu. Sebagai contoh adalah pada zaman Babilonia 700-600 SM, karena
keterbatasan alat indra manusia (sebagai alat bantu utama) maka landasan ilmu
pengetahuan zaman ini sebagian berasal dari pengamatan maupun pengalaman, namun
sebagian lainnya dari dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pola pikir
yang lebih maju adalah penggabungan antara pengamantan, pengalaman dan akal
sehat, logika atau rasional.
Berbagai cara dilakukan oleh manusia
untuk memperoleh pengetahuan,baik dengan cara pendekatan non-ilmiah (pseudo
science, sains semu) dan ilmiah. Cara memperoleh pengetahuan dengan sains semu
adalah dengan mengandalikan perasaan, keyakinan dan tanpa diikuti poroses
pemikiran yang cermat. Karena hal itu, pengetahuan yang dperoleh bisa benar dan
bisa juga salah seperti pada cara prasangka dan instuisi, serta tidak efesien
karena harus mencoba-ralat (trial and error) tanpa dasar dan kalaupun benar
hanya kebetulan saja. Caranya an`tara lain:
a.
Mitos, merupakan
gabungan dari pengamatan, pengalaman, namun yang lainnya berupa dugaan,
imajinasi dan kepercayaan. Contohnya :
dongeng
b.
Wahyu, merupakan
komunikasi sang pencipta dengan
makhluknya dan merupakan pengetahuan yang disampaikan kepada utusannya.
Manusia dalam menerima pengetahuan ini bersifat pasif, dengan keyakinan bahwa
semuanya adalah benar. Wahyu merupakan kebenaran mutlak, tidak dapat
dipertanyakan dan diperdebatkan kebenarannya dengan akal saja.
c.
Otoritas dan
tradisi, pengetahuan yang didapatkan secara tradisi untuk menyatakan kebenaran. Contohnya : teori geosentris.
d.
Prasangka, berupa
dugaan yang kemungkinan bisa benar atau salah. Cara ini hanya digunakan untuk
mencari kemungkinan kebenaran.
e.
Intuisi, merupakan kegiatan berfikir yang non-analik (tanpa
nalar) tidak berdasarkan pada pola berfikir tertentu, dan biasanya pendapat
tersebut diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses yang difikirkan terlebih
dahulu. Ungkapaan yang dikemukakan sering masuk akal akan tetapi belum tentu
cocok dengan kenyataan. Contohnya :
ramalan bintang (astrologi)
f.
Penemuan
kebetulan, contohnya: hukum gaya
gravitasi oleh Newton, penemuan penisilin oleh Flemming.
g. Trial and error, merupakan serangkaian percobaan
asal saja yang tidak didasari oleh teori yang sebetulnya. Cara ini mengajarkan
orang aktif mencoba meski tidak tahu secara pasti usahanya tersebut akan
berhasil. Cara coba-ralat juga disebut sebagai cara aproksimasi dan koreksi.
Adapun cara
memperoleh pengetahuan dengan pendekatan ilmiah ialah dengan cara menggunakan Metode Ilmiah yang berdasarkan pada
pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta) maupun referensi pengalaman
sebelumnya. Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h.3)
akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk
penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan
abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini
dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula
menyesatkan.
Berdasarkan metode ini, data atau
fakta yang ada perlu diuji terlebih dahulu sebelum kebenarannya. Oleh karenanya dengan cara ini suatu pengetahuan
atau fakta dapat diperbaiki bila ada kesalahan atau penemuan baru yang dapat
mengkoreksi pengetahuan sebelumnya. Cara untuk memperoleh
pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Pengetahuan
yang diperoleh dengan cara atau metode ilmiah disebut ilmu. Atau dengan kata
lain ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan berdasrkan metode ilmiah.
Suatu pengetahuan
untuk dapat dikatakan pengetahuan ilmiah memiliki beberapa syarat yang harus
dipenuhi, Menurut Karlina Supeli Laksono dalam
Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada
Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah
harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1.
Sistematik, yaitu merupakan
kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
2.
Objektif atau dikatakan pula
sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang
lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
3.
Dapat dipertanggungjawabkan,
yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat
diterima oleh orang lain/ahli-ahli lain.
C. Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah adalah
suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak
mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan. Mengapa
dibutuhkan suatu sikap ilmiah? Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada
diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan
ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan mendapat hasil yang
baik pula.
Didalam melakukan
penelitian atau pengamatan tidak terlepas dari kegiatan atau eksperimen. Eksperimen
sangat menarik, tetapi sekaligus membahayakan. Untuk itu, kita perlu mempunyai
sikap dalam melakukan pengamatan supaya dalam bereksperimen dapat berjalan
dengan baik. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah,
misalnya dalam seminar, diskusi, loka karya, sara sehan, dan penulisan karya
ilmiah.
Beberapa sikap ilmiah yang harus dimiliki adalah sebagai berikut :
1.
Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Seorang peneliti harus selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap objek yang terdapat di lingkungannya (peduli terhadaplingkungannya). Sikap ingin tahu terlihat dari kebiasaan bertanya.
Seorang peneliti harus selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap objek yang terdapat di lingkungannya (peduli terhadaplingkungannya). Sikap ingin tahu terlihat dari kebiasaan bertanya.
2.
Jujur
Seorang peneliti harus dapat menerima apapun hasil penelitiannya, dan tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.
Seorang peneliti harus dapat menerima apapun hasil penelitiannya, dan tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.
3.
Objektif
Seorang peneliti dalam mengemukakan hasil penelitiannya tidak boleh dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, tetapi harus berdasarkan kenyataan (fakta) yang ada.
Seorang peneliti dalam mengemukakan hasil penelitiannya tidak boleh dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, tetapi harus berdasarkan kenyataan (fakta) yang ada.
4.
Berpikir secara Terbuka
Seorang peneliti mau menerima kritik dari orang lain, dan mendengarkan pendapat orang lain.
Seorang peneliti mau menerima kritik dari orang lain, dan mendengarkan pendapat orang lain.
5.
Memiliki Kepedulian
Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti
yang baru.
Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti
yang baru.
6.
Teliti
Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh melakukan kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh melakukan kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
7.
Tekun
Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi masalah dalam penelitiannya.
Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi masalah dalam penelitiannya.
8.
Berani dan Santun
Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi.
Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi.
D.
Langkah-langkah
Operasional Metode Ilmiah
Setiap metode yang
diigunakan pasti memiliki langkah-langkah yang harus dituruti agar kita dengan
mudah mendapatkan hasil yang kita inginkan. Berikut ini adalah langkah-langkah
yang harus diperhatikan dalam melakukan metode ilmiah, antata lain:
1.
Perumusan masalah
Proses kegiatan ilmiah dimulai
ketika kita tertarik pada sesuatu hal. Ketertarikan ini karena manusia memiliki
sifat perhatian. Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul pertanyaan
dalam pikiran kita seperti pertanyaan apa, mengapa, ataupun
bagaimana. Jadi perumusan masalah berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dengan adanya
pertanyaan tadi dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek
tersebut. Perumusan masalah juga merupakan langkah untuk mengetahui
masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan,
kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut.
2.
Pembuatan kerangka berfikir
Pembuatan kerangka
berfikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antar berbagai faktor
yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Pembuatan kerangka
berfikir menggunakan pola berfikir logis, analitis, dan sintesis atas
keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu
diperoleh dari wawancara dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.
3.
Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan, prediksi
atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain.
Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan
oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah
benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya
hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya
adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut
konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika
prediksi tersebut tidak dapat diobservasi, hipotesis yang mendasari prediksi
tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode
yang mungkin akan datang. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun
hipotesis. Masalah yang dirumuskan harus relevan dengan hipotesis yang
diajukan.
4.
Pengujian Hipotesis/eksperiment
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah
satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan
menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
bukti-bukti yang mendukung hipotesis.
5.
Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan
penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Hipotesis
yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah
memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka
penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah
teruji kebenarannya. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah
dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.
E. Kelebihan dan Keterbatasan Metode
Ilmiah
Setiap metode yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan
keterbatasan, berikut ini akan dipaparkan beberapa kelebihan dan keterbatasan
dari metode ilmiah.
1.
Kelebihan
·
Metode ilmiah
lebih bisa di pertanggung jawabkan, karena di dalamnya adanya bukti-bukti yang
konkretdan ada ukuran yang jelas.
·
Jelas, dapat di
buktikan dan dapat di amati langsung oleh alat indra manusia.
·
Dapat di di
jadikan suatu tolak-ukur untuk penelitian-penelitian selanjutnya (bila tidak
terdapat kesalahan).
·
Mengajarkan
pada manusia untuk menatap realita dan segala sesuatu yang ada.
·
Logis, karena
dapat di buktikan oleh semua orang.
·
Mencintai
kebenaran yang objektif dan bersikap adil.
·
Menyadari bahwa
kebenaran ilmu tidak absolute.
·
Tidak percaya
pada takhyul, astrologi, maupun untung-untungan.
·
Ingin tau lebih
banyak.
·
Tidak berpikir
secara prasangka. Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya
bukti-bukti yang nyata.
·
Optimis, teliti
dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan ilmiahnya adalah benar.
2.
Keterbatasan
· Bersifat sementara.
· Sulit untuk memilih fakta yang benar-benar berkaitan dengan masalah
yang akan di pecahkan.
· Metode ilmiah tidak mungkin bisa menjangkau objek yang bersifat
inmateri (ghaib), di karenakan tidak adanya wujud, ukuran dan timbangan yang
jelas.
· Terlalu bergantung pada objek yang ada.
· Metode ilmiah akan berubah bila objek yang di amati telah berubah.
Sebagai contoh, ilmuan mangatakan bahwa sushu diatas puncak merapi adalah 35
derajat c, namun apa yang di kemukan oleh ilmuan akan berubah seiring
berubahnya cuaca dan suhu
· Kurang Valid, karena tidak semua hasil dari metode atau penelitian
di suatu daerah akan bisa di terapkan untuk daerah lain.
· Membutuhkan waktu yang lama, karena penelitian di lakukan secara
berulang.
· Membutuhkan biaya yang sangat mahal, karena setiap penelitian
memerlukan alat bantu berupa peralatan yang menggunakan teknologi canggih.
· Dapat terhapus atau tidak dipakai bila terbukti di temukan
kesalahan dan bila muncul teori lain yang di anggap lebih berguna.
· Cenderung kaku dan tidak terpengaruh oleh rasio.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan makalah yang telah diuraikan
diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Metode
ilmiah adalah suatu proses keilmuan yang tujuannya memperoleh sesuatu secara
sistematis berdasarkan bukti fisis.
2. Metode
ilmiah adalah suatu tahapan tertentu yang dilakukan oleh seorang ilmuwan untuk
melakukan suatu penelitian yang didukung dengan hipotesis.
3. Manusia
menggunakan otaknya untuk melakukan penalaran, dan berpikir secara logis dan
menganalisa sesuatu. Berbasarkan hasil dari penalaran dan analisis yang
dilakukan manusia itu akan melahirkan rasa ingin tahu yang besar pada manusia,
sehingga rasa ingin tahu manusia akan terus berkembang.
4. Dalam
memperoleh pengetahuan, dikenal dua metode yaitu metode pendekatan non-imiah
dan ilmiah, yang masing-masing dari dua metode tersebut mempunyai cara
tersendiri dalam proses memperoleh pengetahuan.
5. Suatu
ilmu pengetahuan dapat dikatakan ilmiah jika mempunyai 3 syarat, yaitu
sistematik, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Sikap
ilmiah adalah suatu sikap menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar.
Sikap ilmiah diperlukan oleh setiap ilmuwan untuk dapat melalui proses
penelitian yang baik dan mendapat hasil yang baik pula.
7. Dalam
melakukan suatu penelitian harus mempunyai beberapa metode yang harus dilakukan
oleh seorang ilmuwan. Metode ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mudah mendapatkan hasil dan juga mendapatkan hasil yang baik pula.
B.
Kritik
dan Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan dengan diselesaikan
makalah ini baik pembaca maupun penulis dapat mengaplikasikan metode ilmiah
dengan sebaik mungkin.
Penulis bersedia kritik dan saran yang positif dari
pembaca. Kritik dan saran tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan untuk
memperbaiki makalah. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan
lebih baik lagi.
Yang sikap ilmiah bisa ditambahi lagi :
BalasHapus1. Mampu membedakan opini dan fakta
2. Berani mencoba
3. Berpendapat secara ilmiah dan kritis
4. Bekerja sama
5. Ulet dan gigih
6. Bertanggung jawab
Makasih..😀👍
Terimakasih kembali 😊
HapusRujukan nya nggak ada
BalasHapusRefrensinya dari siapa
BalasHapus